Narasi  

#21AprilGerakanPeoplePower Ngeri-ngeri Sedap

21AprilGerakanPeoplePower
Illustrasi

#21AprilGerakanPeoplePower mewarnai Hari Kartini 21 April. Beberapa hari sebelumnya, riak-riak sudah muncul. Namun masih menggelinding di kalangan mahasiswa. Itu pun tidak semasif tempo hari. Pemantauan di linimasa media sosial biasa-biasa saja. Tiba-tiba saja muncul tagar 21AprilGerakanPeoplePower.

Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM-UI) menyatakan akan menggelar Kongres Rakyat 18 April, kemudian berlanjut Aksi Sidang Rakyat, bertajuk “Habis Gelap Terbitlah Terang”.

Perkembangannya meluas. Cuitan di twitter mulai bertebaran menyuarkan #21AprilGerakanPeoplePower bahkan bersandingan dengan tagar yang lebih keras.

Narasi yang muncul saat ini Presiden Jokowi tengah mempertaruhkan moralitas kekuasaannya dengan mempertahankan para Brutus Istana. 

Berbagai dugaan skandal bermunculan termasuk mempersoalkan para buzzer yang memperburuk atmosfir sosial bangsa. Penilaian itu menyeruak seiring dengan munculnya tagar 21AprilGerakanPeoplePower. 

Ada kalangan warga net yang memandang, andaikan negara ini tidak memelihara buzzer, mungkin sampai saat ini Indonesia akan tenang dan damai. Anggapannya, mereka cuma untuk membela penguasa dengan cara memecah belah bangsa.

Di media sosial tersebar juga foto tersangka ekspor minyak goreng sedang bersama Luhut Binsar Panjaitan dalam suasana penuh keakraban. Adhie M. Massardi menyebutnya sebagai skandal brutal.

“SKANDAL BRUTAL ▪︎ ini skandal korupsi paling brutal sejak RI merdeka. Rakyat njerit ber-pekan2 soal migor langka & mahal. Dimainkan rezim. ☆ menteri takut negur bawahan yg dilindungi orang kuat. Lapor RI-1? Tentu. RI-1 pasrah. Bgitu anatomi korupsinya = rezimnya yg korup!” kata @AdhieMassardi di twitter.

Isu teroris kembali muncul lagi. Namun tanggapan di media sosial cenderung mempertanyakan logika yang mendasar. Isu itu selalu terkait saat wacana sensitif tentang pemerintah mengemuka.

Isu ini mendapat tandingan kasus penembakan 6 laskar FPI yang dituding melanggar HAM dan KKB Papua yang sampai saat ini belum tuntas. Ada yang menyebut kasus itu menjadi sorotan internasional.

Cuitan masih terus berkembang.