Citanduy Tercemar Plastik, Kadar Fosfat Lampaui Ambang Batas

Sungai Citanduy
Pegiat lingkungan Ecoton Foundation, Prigi Arisandi, mengingatkan kadar fosfat di Citanduy sangat tinggi. Dua kali lipat dari standar baku mutu air bahan baku minum.

RADARPRIANGAN.ID – Citanduy tercemar sampah plastik. Koordinatoor Ekspedisi Sungai Nusantara, Pridi Arisandi, mengingatkan kadar fosfat di Citanduy sangat tinggi. Dua kali lipat dari standar baku mutu air bahan baku minum.

Posisinya ada di angka 2.13 PPM (part per million) atau mg/L. Nitratnya 1 ppm. “Khlorin juga cukup tinggi 0,16 mg/L dari standar air bersih 0,03 mg/L,” kata Pridi.

Menurutnya, sungai Citanduy bukan tempat buang sampah plastik. Bahan baku PDAM Ciamis bersumber dari Cintanduy. Ironisnya, beragam aktivitas peternakan sapi, pabrik kayu, dan pabrik tahu membuang limbahnya ke sungai yang mengalir dari Tasikmalaya, Ciamis, Banjar, hingga Pangandaran. Kemudian bermuara di Sagara Anakan perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah.

Baca jugaSungai Citanduy Kabarmu Kini

“Aktivitas lain yang sedang mengancam adalah sampah plastik sachet multilayer yang sulit untuk didaur ulang,” ujar Pridi yang saat itu sedang bersama Peneliti Ecoton Foundation, Amirudin Muttaqin, seusai melakukan penelitian di sungai Citanduy, betulan Parakanyasag, Kecamatan Indihiang, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Rabu (30/3/2022).

“Kami menemukan beragam sampah sachet, tas kresek, botol Plastik, sikat gigi dan styrofoam nyangkut di bebatuan dan tinggal menunggu waktu terpecah-pecah menjadi serpihan berukuran kurang dari 5 mm yang bernama miniplastik,” kata Amirudin.

Manusia plastik

Amiruddin menjelaskan Sungai Citanduy terkontaminasi mikroplastik. Jenis mikroplastik yang mendominasi adalah fiber dan filamen.

“Karena ukurannya mini, ikan di Citanduy — anggap mereka kumpulan plankton — tinggal menunggu waktu juga miniplastik ini akan berpindah ke perut kita, masuk dalam darah kita. Dan kita akan abadi menjadi manusia plastik,” katanya.

Tim yang tengah melakukan Ekspedisi Sungai Nusantara itu menandaskan perlu pengendalian limbah domestik. Mesti ada langkah yang serius untuk mengantisipasi kondisi yang mengkhawatirkan itu.

“Kami berharap ada Peraturan Daerah (Perda) larangan atau pengurangan plastik sekali pakai (sachet, kresek, styrofoam, sedotan, botol air minum kemasan dan popok sekali pakai). Selain itu mesti ada langkah untuk memperluas layanan sampah bagi penduduk Tasikmalaya, Ciamis, dan Banjar. Karena lebih dari 60% penduduk yang belum terlayani akan membuang sampahnya ke sungai,” ujar Pridi menandaskan.

Hasil observasi Ecoton Foundation, menurutnya, mesti ada tindak lanjut. Amirudin memandang perlu penelitian lebih lanjut tentang pencemaran mikroplastik di sungai Citanduy, yang harus dilakukan oleh kementerian PUPR.